Ini Keputusanku!

IMG_20150910_111940.jpg Tiba-tiba dada ini sesak. Seperti sebuah balon yang ditiup sampai akan meledak. Ya, dada ini pun meledakkan isinya lewat deraian air mata yang turun begitu deras, tak terbendung. Layaknya anak kecil yang meminta sesuatu kepada orang tuanya namun tak terpenuhi, ia merengek menangis terisak-isak. Itulah yang aku rasakan sekarang. Beberapa hari terakhir ini aku sering merasakan seperti ini, di kala sendiri, di kala berdiam diri. Lantas, segera aku hentikan dengan banyak-banyak menyebut istighfar. Hanya tersisa napas yang berkejaran tak teratur. Aku tenangkan diri, banyak-banyak mengingat Illahi Robbi. Barangkali jiwa ini sedang kosong, turun iman di hati. Maka, ku segera menghubungi orang-orang yang dapat menasihati. Sembari aku mengambil wudhu, bersuci, dan membaca lembar demi lembar kalam Illahi.

Aku bersyukur, Allah masih memberiku sahabat-sahabat surga yang tak henti-hentinya mengingatkan di kala aku salah, mengajak kepada kebenaran meski itu sulit untuk ku lalui. Tapi, mereka dengan sabar membimbing langkah ini agar aku tetap berada dalam koridor jalan dienul Islam yang lurus. Aku tau, sejak saat aku memantapkan hati untuk berhijrah, mereka –para sahabat surgaku– memberikan gambaran bahwa keputusan yang aku ambil ini penuh dengan konsekuensi berat. Tak hanya meminta harta, waktu, dan pengorbanan semata, bahkan nyawa sebagai taruhannya. Sempat aku menoleh ke belakang, mengingat betapa jalan yang ku tempuh sebelumnya begitu mulus, tanpa onak, duri, kerikil, dan batu, bak jalan tol yang lancar tanpa hambatan. Namun, aku tak mau mneyiakan kesempatan hidayah yang telah Allah beri. Bismillah, “aku siap dengan segala konsekuensi atas keputusanku ini”, jawabku meyakinkan mereka.

Sejak saat itu aku berubah bagai lagit dan bumi, sangat berbeda. Kini, tak ada lagi cat rambut menghiasi setiap keluar rumah, hanya selembar kain kudung yang rapi ku balut menutupi kepala sampai dada. Kini, tak ada baju tangan pendek dengan segala macam model, yang ada baju sederhana yang hanya mengijinkanku menampakkan telapak tangan, tak lebih. Kini, tak ada celana jeans dan rok mini yang memamerkan kakiku hingga perbatasan lutut, yang ada hanya sepotong rok panjang yang terjuntai hingga ke mata kaki. Kini, tak ada lagi pamer kutek pada jari-jari kaki, karena semua aman tertutupi kaos kaki. Kini, hingar bingar konser musik berubah menjadi kajian-kajian dzikir ilallah.

Banyak yang memandang sinis. Beranggapan bahwa perubahanku tak akan bertahan lama. Hanya ikut-ikutan dan ingin mencari sensasi. Tak sedikit juga yang mencibir, “paling-paling cuman bertahan seminggu, mana tahan dengan suasana kehidupan yang seperti itu!”. Alih-alih mundur karena banyak desas-desus dari berbagai penjuru, aku justru menjadi lebih semangat untuk berubah, menjalankan syariat agama dengan penuh kesungguhan. Aku bahkan berterimakasih kepada mereka yang sempat meremehkanku, membuatku sakit hati, dan menangis setiap hari. Hal itulah yang membuatku semakin dekat dengan Allah. Karena aku tahu bahwa Allah selalu ada untukku, selalu dekat denganku, bahkan lebih dekat dari urat nadiku.

Sempat dulu orang tua merasa aneh dengan perubahan drastis anaknya. Mama bahkan sengaja memberi kejutan dengan membelikan aku sepaket baju modis yang biasa aku kenakan di masa jahiliyah. Aku tak ingin menyakiti hati mama, dengan berat hati aku terima seperangkat baju itu. Aku simpan dengan rapi di lemari bersama dengan baju-baju yang sudah aku amankan untuk tidak digunakan kembali. Alhamdulillah, benar nyatanya bahwa Allah Maha Membolak-balikkan hati manusia, lambat-laun mama paham dan menerima perubahanku. Begitu pun dengan papa. Awalnya sangat tak setuju dengan apa yang aku kenakan, macam ibu-ibu kata beliau. Lagi-lagi Allah membantuku. Secara tak sengaja saat papa menjemputku di suatu hari, beliau mendengar kajian di masjid samping sekolahku, kebetulan temanya mengenai pakaian wanita muslimah. Allahu yaa muqollibal qulub. Hidayah itu masuk dengan lembut ke ruang hati papa. Alhamdulillah.

Kini bukan hanya aku, mama mulai ikut mengenakan pakaian seperti yang dianjurkan Islam. Papa selalu menyempatkan setidaknya seminggu sekali mendatangi pengajian. Aku bahagia Allah telah menunjukkan jalan hidayah bagi keluargaku. Semoga Allah menjaga kami dalam keistiqomahan menjalankan segala yang Allah perintahkan dan menjauhi segala apa yang Allah larang. Aku juga sangat bahagia Allah masih memberiku malaikat-malaikat berwujud manusia yang selalu mengingatkan dan menguatkanku, merekalah sahabat dunia-akhiratku, merekalah lingkaran surgaku. Semoga Allah selalu megumpulkan kita dalam kajian tiap pekan hingga mengumpulkan kita kembali di surga yang telah Allah janjikan bagi orang-orang yang teguh meniti jalan-Nya. Aamiin.

8 respons untuk ‘Ini Keputusanku!

Tinggalkan Balasan ke Haqqi_Nasution Batalkan balasan